Rabu, 01 September 2010

Nama Bupati Tuban sebelum kemerdekaaan REPUBLIK INDONESIA ( 1945 )

1. RADEN ARYO DANDANG WATJONO ( 1264-1282 )

2. RADEN HARYO RONGGOLAWE ( 1282-1291 )

3. RADEN HARYO SIROLAWE ( 1291-1306 )

4. RADEN ARYO SIROWENANG ( 1306-1326 )

5. RADEN HARYO LENO ( 1326-1349 )

6. RADEN HARYO DIKORO ( 1349-1401 )

7. RADEN ARYO TEDJO ( 1401-1419 )

8. RADEN HARYO WILOTIKTO ( 1419-1460 )

9. KYAI NGRASEH ( 1460-1507 )

10. KYAI AGENG GELILANG ( 1507-1553 )

11. KYAI AGENG BATABANG ( 1553-1573 )

12. RADEN HARYO BALEWOT ( 1573-1628 )

13. PANGERAN SEKARTANJUNG ( 1628-1661 )

14. PANGERAN NGANGSAR ( 1661-1668 )

15. PANGERAN HARYO PERMALAT ( 1669-1686 )

16. PANGERAN SELAMPE ( 1686-1707)

17. PANGERAN DALEM ( 1700-1707 )

18. PANGERAN POJOK ( 1707-1723 )

19. PANGERAN ANOM ( 1723-1730 )

20. PANGERAN SOEDJOKO POETRO ( 1730-1737 )

Untuk sementara waktu, jabatan Bupati ditiadakan dan hanya diberi perwakilan (Umbul) 4 orang yakni :

>1. WONGSOPRODJO (bertempat di JENU)

>2. WONGSOHITO (bertempat di GRESIK)

>3. WONGSOTJOKRO (bertempat di KIDULNGARDI)

>4. JUDOPOETRO (bertempat di Singgahan)

21. RADEN ARYO BALABAR ( 1737-1748 )

22. PANGERAN SOEDJONO POETRO ( 1748-1755)

23. RADEN ARYO JOEDONEGORO ( 1755-1766 )

24. RADEN ARYO SOERYODININGRAT ( 1766-1773 )

25. RADEN ARYO DIPOSENO ( 1773-1779 )

26. KYAI TUMENGGUNG TJOKRONEGORO ( 1779-1792 )

27. KYAI TUMENGGUNG POERWONEGORO ( 1792-1799 )

28. KYAI LIEDER SOERODINEGORO ( 1799-1802)

29. RADEN SOEROADIWIDJOJO ( 1802-1814 )

30. PANGERAN TJITROSOEMO VI ( 1814-1821 )

31. PANGERAN TJITROSOEMO VII ( 1821-1841 )

32. PANGERAN TJITROSOEMO VIII ( 1841- 1861 )

33. PANGERAN TJITROSOEMO XI ( 1861-1883 )

34. RADEN MAS SOEMOBROTO ( 1883-1893 )

35. RADEN ARYO KOESOEMADIGDO ( 1893-1909 )

36. RADEN ARYO PRINGGOWINOTO ( 1909-1919 )

37. RADEN ARYO PRINGGODIGDO ( 1919-1927 )

38. R.M.A.A KOESUMOBROTO ( 1927-1944 )

39. RADEN TUMENGGUNG SOEDIRMAN H ( 1944-1946)



Nama Bupati setelah kemerdekaan REPUBLIK INDONESIA ( 1945 )

1. K.H MOETA’IN (1946-1956)

2. R. SOENDAROE (1956-1958)

3. R.ISTOMO (1958-1959)

4. R. SANDJOJO (1959-1960)

5. M. WIDAGDO (1960-1968)

6. R. SOEPARMO (1968-1970)

7. R.H. IRCHAMNI (1970-1975)

8. MOCH. MASDUKI (1975-1980)

9. SOERATI MOESRAM (1980-1985)

10. Drs. DJOEWAHIRI MARTO PRAWIRO (1985-1991)

11. Drs. SJOEKOR SOETOMO (1991-1995)

12. H. HINDARTO (1996-2001)

13. Dra. H. HAENY RELAWATI RINI WIDYASTUTI, M.Si (2001-Sekarang)

14. ? (2011-2016)

Minggu, 25 Juli 2010

WAYANG KULIT

Wayang merupakan salah satu jenis kesenian bangsa Indonesia khususnya Jawa yang sudah ada sejak kerajaan hindu.Konon wayang merupakan jenis kesenian yang menjadi kegemaran bangsa indonesia khususnya jawa sejak zaman Kerajaan Hindu di Kediri.ketika itu jenis dan bentuknya adalah wayang purwo yang terbuat dari lembaran kertas dan dikenal oleh masyarakat dengan "wayang berber".

Pada zaman Kerajaan Majapahit seorang raja mulai menciptakan wayang yang terbuat dari kulit hewan dengan ukuran yang besar dan bentuk yang berbeda pada bentuk wayang saat ini. Dan pada saat runtuhnya kerajaan Majaphit oleh kerajaan Demak kesenian wayang mengalami perubahan dan modifikasi yang dapat kita lihat seperti pada saat ini.

Seiring perkembangan zaman dan masuknya ajaran Agama Islam ke Jawa wayang merupakan salah satu kesenian yang digunakan para mubaligh untuk mensyiarkan agama Islam, karena wayang merupakan salah satu kesenian yang digemari masyarakat sehingga untuk mengambil simpatik msyarakat harus dengan cara mendekatinya.

Inisiatif mempergunakan wayang sebagai salah satu media dakwah datang dari Raden Mas Sahid (Sunan Kalijaga) putra Raden Haryo Wilatikta (Adipati Tuban ke VIII). Gagasan cemerlang ini sebelumnya dimusyawarahkan terlebih dulu dengan para mubaligh dan wali sebelum dikonsumsikan kepada masyarakat. Dari musyawarah tersebut telah disepakati para mubaligh dan wali dengan cara memodifikasi wayang tersebut baik dari bentuk maupun isi ceritanya sehingga tidak bertentangan dengan syariat Islam serta dengan memasukkan nilai-nilai keislaman didalamnya.

Bentuk dan cerita wayang kulit yang diubah Sunan Kalijaga banyak mengandung unkapan simbolis dan filosofis yang memberikan pelajaran mengenai hakikat hidup manusia dan pentingnya memeluk Agama Islam. Dalam Pandawa Lima misalnya, yang terdiri dari Puntadewa (Yudistira), Werkudara (Bima), Arjuna (Janoko), Nakula dan Sadewa. Menceritakan perjuangan Lima bersadara penegak kebenaran yang selalu tabah, sabar, dan tahan uji menghadapi segala cobaan, rintangan dan penderitaan.

Konon Pandawa Lima merupakan ungkapan simbolis dari Rukun Islam yang ada lima yaitu:
1. Membaca Dua kalimat Syahadah "Asyhadu anla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah" (kesaksian dengan ucapan, hati dan perbuatan).
2. Mendirikan shalat fardlu lima waktu "Shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya' dan Subuh".
3. Melaksanakan Puasa Ramadan.
4. Membayar zakat fitrah (membagikan sebagian harta kepada fakir miskin).
5. Melaksanakan ibadah Haji (bagi orang yang mampu baik mampu secara fisik atau pun materi).

Dalam cerita Pandawa, Puntadewa adalah tokoh yang sangat jujur, baik hati, sabar, pemaaf dan sangat bijaksana. Ia memiliki jimat yang sakti mandraguna yang membuatnya menjadi manusia yang suci, jimat tersebut adalah "jimat kalimosodo", diungkapkan bahwa barang siapa yang memiliki jimat kalimosodo akan mendapatkan petunjuk jalan yang benar dan akan mendapatkan keselamatan dunia ahirat. Sedangkan sebenarnya jimat kalimosodo itu sendiri adalah bentuk dari kata "kalimat syahadah".Maksud jimat kalimosodo disini adalah dengan masuk islam yaitu dengan kesaksian mengucap dua kalimat syahadah (Asyhadu anla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah). Dengan masuk Islam dan menjalankan semua tuntunanya manusia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan ahirat.

Dalam cerita Pandawa ada juga seorang tokoh yang diutus oleh Betaraguru untuk membantu keluarga Pandawa dalam memerangi kebatilan, tokoh tersebut adalah Nolo, kata nolo sendiri sebetulnya diambil dari kata Arab "Nurul Huda" yang artinya cahaya petunjuk, yang memiliki makna simbolis dari Al Qur'an. Jadi maksutnya disini adalah untuk mendapatkan petunjuk yang benar manusia harus membaca, memahami dan mengkaji Al Qur'an karena Al Qur'an adalah Kalam Allah, dan terdapat petunjuk yang benar didalamnya.

Demikian juga cerita Punakawan, yaitu empat orang tokoh sahabat Janoko (Arjuna) yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng dan Bagong. Konon keempat sahabat tersebut merupakan gambaran dari empat sahabat Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Agama Islam yaitu Abu Bakar ash shiddiq, Umar bin Khotthob, Utsman bin Affan dan Aly bin abi Tholib. Dari nama-nama tokoh wayang tersebut (Punakawan) memiliki filosofi bentuk tubuh, watak dan prilakunya. Nama-nama Punakawan tersebut keempatnya memiliki arti:
1. Semar, diambil dari kata Arab "simar" yang artinya paku, dijadikan sebagai simbol dari kokohnya ajaran agama Islam.
2. Petruk, berasal dari kata Arab "fatruk" yang artinya tinggalkan, yang merupakan penggalan dari kalimat "fatruk kulla ma siwallahi" yang artinya tingganlah sesuatu selain Allah.
3. Gareng, berasal dari kata Arab "naala qorin" yang artinya memperoleh banyak teman, merupakan sinbol tujuan dakwah islam di Indonesia untuk memperoleh pengikut sebanyak-banyaknya.
4. Bagong, berasal dari kata Arab "bagha" yang artinya berontak, merupakan simbol dari usaha pemberontakan terhadap segala bentuk kedholiman dan penindasan.
Dan nama Janoko sendiri juga berasal dari kata Arab "jannatun" yang artinya surga, digambarkan sebagai sosok yang tampan dan bijaksana sehingga di cintai semua orang.

Demikian dulu ya kawan sekilas pengetahuan Randu tentang wayang, ini sebatas pengetahuan saya, saya akan mencoba untuk menyambungya lain waktu. Assalamualaikum....